Tweets Seputar Kereta

Masukkan email:

Monday, 22 January 2018

 Apa kabar blogger yang setia?  :D    

Ibarat blog ini sepiring nasi , mungkin tepatnya nasi aking hehe karena lama gak disentuh jadi kering dan dingin.   Iseng-iseng untuk menghidupkan kembali blog komunitas kita, copas aja dari celotehan ceria dari omm ganteng ( ngakunya namanya eggson) rangkuman  cerita kehidupan yang terjadi selama berkereta . 
Berikut rangkumanya secara super ringkas :

1. Tragedi mangkang
2. Tragedi ngrombo
3. The TruckMan
4. Insiden duren
5. Rambut pliket ketrocohan es jeruk
6. Tragedi segitiga pengaman di WC
7. Jam tangan jatuh di WC
8. Kaki keinjak polsus
9. Kepala kejatuhan carger
10. Jemur baju di bagasi kereta
11. Tidur berdiri di bordes
12. Jentik kelindes sepatu polsus
13. Keperkasaan Sunardi
14. Salah tanggal tiket
15. Insiden sontoloyo
16. Insiden gara2 beli masker ...
17. Maksud hati ganti ojeg biar cpt tapi....
18. Mlipir son...jolali...😂
19. Tiket uncalan belum terbayar
20. Terkunci di Toilet Majap
21.. Ngguwak kopine wong pdhl rung rampung diombe...
22. Yakin nyomot biskuit di kereta dikira punya tmn pdhl punya orang lain....😅
23. Kebalikan no 22... Nawar2 in snack ke tmn yg lain...dikira snack nya tmn juga...pdhl punya orang lain...😜
24. Diturunkan di Pekalongan 😰
25. Duren di pipi
26. Pamer tiket trus tiket e ketinggalan ng omah (drg jaman boarding)
27. kadung ngeyel neng gambir ternyata tiket kuwalik kediri-gambir
28. Tiket pesawat promo...trnyata kuwalik jg srbya-jkrta
29. terbaru: nekat dlosor neng majap demi digugah kondektur cewek

Thursday, 4 September 2014

Yah..itulah yang musti kita perhatikan akhir-akhir ini. Yang saya maksud adalah apa yang kita batin kadang-kadang jadi kejadian, dan cilakanya itu kejadian yang enggak enak. Maka kita musti ati-ati kalo mbatin yang nggak enak. Entah kata orang tua dulu namanya setan lewat, atau wali lewat, atau malaikat lewat. Saya ndak tau persis cara membedakan yang lewat siapa, tapi ya itu tadi..ati-ati saja.

Tuesday, 5 August 2014

Menyusuri Eksotisme Pantai Selatan Pulau Jawa
(Pantai Sadranan, Pantai Slili, Pantai Indrayanti, Pantai Krakal)
               

Tiga hari setelah idul fitri 1435 H (Rabu 30 Juli 2014), segala ritual acara keluarga telah usai, mumpung masih di solo kami berencana untuk menyusuri pantai selatan Jawa yang katanya terkenal indah. Semula kami akan ke Pantai Indrayanti (atau nama resminya Pantai Pulang Syawal), tapi sesuai saran kerabat kami Pak Dhe Wawan, tujuan kami bergeser ke Pantai Sadranan. Mengapa ke Pantai Sadranan?. karena menurutnya Pantai Sadranan belum seterkenal Pantai Indrayanti sehingga masih relatif sepi. Jaraknya pun tidak terlalu jauh dari Pantai Indrayanti dan Pantai Krakal.  Jika ingin ke Pantai Indrayanti atau Krakal, kita bisa menyusuri sepanjang garis Pantai Sadranan menuju ke Pantai Indrayanti atau Krakal.


Pilihan Rute Surakarta – Pantai Indrayanti

Masih menurut Pak Dhe Wawan (plus ricek dengan Google maps. he..he..), dalam kondisi normal Pantai Sadranan/Krakal/Indrayanti dapat ditempuh sekitar 2 jam dari Solo melalui jalur Solo - Sukoharjo – Cawas –  Semanu – Krakal.  Kondisi jalan pada umumnya juga relatif baik, namun karena musim liburan, jalanan menuju tempat tempat wisata pantai selatan Pulau Jawa menjadi sangat padat bahkan macet total di beberapa tempat. Setelah hampir 5 jam akhirnya kami sampai juga di Pantai Sadranan.

Seperti dugaan kami berdasar kondisi jalan menuju pantai yang padat, maka suasana Pantai Sadranan hari itu cukup ramai, tapi tetap lebih ramai pengunjung di Pantai Indrayanti. Pantai Sadranan telah memiliki beberapa fasilitas yang cukup memadai, warung, tempat parkir, gazebo, payung pantai, kamar mandi, bahkan penginapan. Tarif untuk masuk pantai per orang adalah Rp.10.000, sedangkan parkir adalah Rp. 5.000.

Jika para pengunjung menginginkan untuk berpiknik bersama keluarga telah tersedia gazebo di pinggir pantai dengan ukuran sekitar 2,5 x 2,5 m yang disewakan seharga Rp 20.000 per gazebo.


Pantai Sadranan

                Pantai sadranan berpasir putih dengan air laut yang cukup jernih dan dangkal. Tidak seperti ombak di pantai di Laut Selatan pada umumnya, ombak di Pantai Sadranan relatif tenang. Hal ini dapat terjadi dikarenakan sekitar 50 m dari bibir pantai terdapat gugusan karang yang berfungsi sebagai penghadang ombak alami. Dengan pasir putih, laut dangkal dan ombak yang tenang maka anak-anak dapat bermain dan berenang dengan cukup aman. 


Pantai Sadranan
Di antara Pantai Sadranan dan Indrayanti Indrayanti terdapat sebuah pulau karang yang cukup besar. Jika air laut surut di sore hari, kita dapat mencapai pulau karang tersebut dengan berjalan kaki, namun disarankan untuk tetap berhati-hati karena kondisi karang yang licin dan cukup tajam di beberapa tempat.


Pulau karang antara Pantai Sadranan dengan Pantai Indrayanti
               
                Berdasar info dari pemilik warung, jika kita ingin melihat view pantai secara keseluruhan, di sebelah barat Pantai Sadranan terdapat bukit dan gardu pandang yang dapat didaki melalui jalan setapak, namun sayang setelah kita kesana ternyata kondisi gardu pandang telah rusak, tidak terdapat atap tinggal puing-puing dan penuh dengan tulisan grafitti ababil...sayang. 


View Pantai Sadranan dari menara pandang
               
                Masih dari info pemilik warung juga, ternyata di Pantai Sadranan jika cuaca mendukung terdapat pemandangan sunset. Namun sayang karena di akhir bulan Juli posisi relatif matahari berada di utara garis khatulistiwa, sedangkan kita berada di pantai selatan Jawa maka pemandangan sunset menjadi banyak terhalang oleh daratan, tidak pada garis horizon.  


Sunset di Pantai Sadranan
               

Pagi hari di Pantai Sadranan

                Setelah menginap semalam di Pantai Sadranan, keesokan harinya kami berencana untuk menyusuri pantai-pantai di sekitar Pantai Sadranan yaitu Pantai Indrayanti, Pantai Slili dan Pantai Krakal. Sebagai tambahan informasi, telah terdapat beberapa penginapan sederhana di sekitar Pantai Sadranan yang dikelola oleh penduduk/pemilik warung setempat. Tarifnya berkisar antara Rp.100.000 sampai Rp.200.000 an semalam. Kami memilih penginapan “3 Dara” yang lokasinya dekat warung makan serta pantai, dan ternyata kebetulan harganya juga tidak mahal, hanya Rp.150.000 per malam, kita sudah mendapat rumah panggung plus bale-bale seluas ± 6 m2 dan kamar seluas ± 9 m2 dengan 2 bed berukuran sedang, kamar mandi dalam dan kipas angin..cukuplah..

                Pantai Indrayanti terletak di sebelah timur Pantai Sundak, pantai yang dibatasi bukit karang ini menyajikan pemandangan pasir putih, bukit karang, dan air laut yang jernih. Seperti dugaan kami pengunjung di Pantai Indrayanti lebih ramai. Pantai Indrayanti juga dilengkapi restoran dan cafe serta deretan penginapan yang cukup memadai. Beragam menu mulai dari hidangan laut hingga nasi goreng bisa di pesan di restoran yang menghadap ke pantai ini. Pada malam hari, gazebo-gazebo yang ada di bibir pantai akan terlihat cantik karena diterangi kerlip sinar lampu.




Suasana malam ( sayang foto gak tajam.. males bawa tripod... :D )

                Kalau kita browsing di beberapa laman, penyebutan nama Pantai Indrayanti ternyata menuai banyak kontraversi. Indrayanti bukanlah nama pantai, melainkan nama pemilik cafe dan restoran. Dikarenakan nama Indrayanti yang terpampang di papan nama cafe dan restoran pantai, akhirnya masyarakat terlanjur menyebut pantai ini dengan nama Pantai Indrayanti. Sedangkan pemda setempat menamai pantai ini dengan nama Pantai Pulang Syawal. Namun nama Indrayanti jauh lebih populer dan lebih sering disebut daripada Pulang Syawal. Keterlibatan pihak swasta dalam pengelolaan Pantai Indrayanti rupanya turut membawa dampak positif. Sepanjang garis pantai Indrayanti terlihat bersih dan bebas dari sampah. Hal ini dikarenakan pengelola tak segan-segan menjatuhkan denda Rp.10.000 untuk tiap sampah yang dibuang oleh pengunjung secara sembarangan.

Pantai Indrayanti / Pantai Pulang Syawal
   
                Di antara Pantai Sadranan dengan Pantai Krakal terdapat pantai kecil yang oleh penduduk setempat dinamakan Pantai Slili. Hal yang menarik dari Pantai Slili ini adalah airnya yang terasa payau dikarenakan terdapat beberapa sumber air yang muncul di antara pasir pantainya yang putih. Jika kita ke Pantai Slili saat pagi atau sore hari saat air masih surut, maka akan nampak batu-batu karang yang banyak ditumbuhi rumput laut berwarna kemerahan. Terlihat juga beberapa ikan serta kepiting kecil bersembunyi di balik batuan karang, cukup menarik.

Pantai Slili

Pantai Slili

                Pantai Terakhir yang kami jelajahi hari itu adalah Pantai Krakal. Pantai Krakal memiliki garis pantai yang sangat panjang, menurut kami yang paling panjang diantara ke empat pantai yang kami kunjungi. Hari itu pengunjungnya cukup ramai. di sepanjang pantai terdapat beberapa pohon cemara udang yang mengingatkan kami pada Pantai Lombang di Sumenep Madura.  Ombak di pantai Krakal cukup besar, sehingga disarankan agar berhati-hati jika ingin berenang di pantainya.

Pantai Krakal

                Sebenarnya masih terdapat beberapa spot menarik di sepanjang pantai Krakal, namun karena ramainya pengunjung membuat tidak mudah untuk mendapat foto pantai yang “bebas” dari “penampakan”.... :D
Pantai Krakal

bonus ketemu Capung Merah (Neurothemis ramburii) yang sudah mulai sulit ditemukan.. :D

                Setelah puas menjelajahi pantai dan untuk menghemat energi agar tidak kecapekan di jalan, kami putuskan untuk chek out dari pantai sekitar jam 10.30 WIB. Tujuan perjalanan kami selanjutnya masih cukup jauh yaitu kota Madiun melalui Wonogiri, Jatisrono, Ponorogo. Semoga catatan perjalanan kami di Pantai Sadranan, Indrayanti, Slili dan Krakal ini bermanfaat dan dapat memberi gambaran bagi pembaca yang merencanakan berkunjung kesana atau pantai-pantai lain di kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta;

Salam




Tuesday, 3 June 2014


TRIP TO BALURAN NATIONAL PARK



Minggu  terakhir bulan Mei 2014 adalah minggu yang dinanti bagi LDR ers seperti saya. Bagaimana tidak, di minggu tersebut terdapat 2 hari libur, sehingga kalau kita cuti 3 hari saja bisa mendapatkan libur satu minggu penuh (9 hari libur), mantab kan?. Libur 9 hari, terus kemana?, kalau cuman di rumah, nggak asyik dong. Setelah browsing tempat-tempat wisata yang menarik, akhirnya kita putuskan untuk berkunjung ke Taman Nasional Baluran.


Dalam situsnya Taman Nasional Baluran (TNB) menyatakan dirinya sebagai areal konservasi yang menampilkan keindahan dan keeksotisan dari alam. Terletak di Banyuputih, Situbondo Jawa Timur dengan total area sekitar 25.000 hektar yang 40% dari nya (10.000 hektar) berupa ekosistem savana alam dan merupakan yang terbesar di pulau Jawa.

Kami memilih TNB dengan beberapa pertimbangan, pertama karena kami memang belum pernah kesana, kedua karena berdasar hasil browsing tempatnya cukup eksotis terutama padang savana Bekol (menurut beberapa komentar di internet jika bulan kemarau pemandangannya mirip dengan padang savana afrika) dan Pantai Bama yang masih alami, ketiga karena disana telah terdapat beberapa fasilitas yang menurut kami cukup memadai.

Dari hasil browsing juga, kami memperoleh informasi bahwa TNB merupakan daerah yang benar-benar masih alami dan jauh dari pemukiman penduduk maupun fasilitas perkotaan pada umumnya, bahkan listrik pun masih mengandalkan dari mesin diesel dan tidak terdapat sinyal telepon. Oleh karena itu kami merencanakan perjalanan kesana dengan membawa perbekalan yang cukup, makanan, air, kompor, obat-obatan, informasi jalur dan peta, serta baterai HP dan kamera yang diusahakan selalu full. Setelah persiapan dirasa cukup kami berangkat dari kota kami, Kediri pada Senin pagi sekitar jam 9;30WIB menuju etape pertama yaitu pantai Pasir Putih Situbondo (PPS).

Mengapa ke PPS?, berdasar informasi dari situs jarak tempuh antar kota diperkirakan waktu tempuh dari Kota Kediri ke TNB adalah sekitar 9 sampai 10 jam berkendara. Atas pertimbangan waktu tempuh dan agar tidak kemalaman sampai di TNB itulah kami memutuskan untuk menempuh etape pertama yaitu Pasir Putih Situbondo dan menginap disana, agar  esok paginya kita bisa melanjutkan perjalanan ke TNB. Perjalanan Kediri sampai dengan Situbondo relatif lancar, di tengah perjalanan sebelum PLTU Paiton, kami beristirahat untuk Ishoma di Pom Bensin Utama Raya. Sebuah Pom Bensin dengan konsep terpadu yang cukup menarik, selain terdapat pom bensin dengan tempat parkir yang cukup luas tentunya, disana terdapat mushola, restoran, gazebo tempat istirahat, minimarket, bahkan hotel yang cukup bersih.

Sekitar pukul 3.30 WIB kami sampai di tempat wisata PPS. Lagi-lagi berdasar hasil browsing sebelumnya, kami telah memutuskan untuk bermalam di hotel Sidomuncul 2, karena di situsnya memajang foto-foto hotel resort di pinggir pantai PPS yang cukup menarik dengan fasilitas yang sepadan dengan rate nya yang Rp400.000 semalam, bahkan terdapat kolam renang dan tempat bermain anak-anak.

Namun sesampai disana kami menjadi kecewa karena meskipun terdapat AC, bathup dengan air panas, namun TV nya masih TV tabung dan tanpa remote control dan kamarnya meski luas (cenderung terlalu luas) terkesan kurang terawat dan kusam, sarapan pagi hanya tersedia nasi goreng dan teh hangat yang diantar pada masing-masing kamar. Kolam renang dan tempat bermain anak-anak yang dijanjikan, ternyata sekarang telah dipagari dengan pagar bambu. Jadi pengunjung hotel tidak bisa lagi memanfaatkan fasilitas tersebut.  Menurut kami hotel tersebut cocok bagi keluarga besar yang ingin menginap di PPS tapi dengan tidak perlu menyewa banyak kamar, cukup satu kamar, karena tetangga sebelah kamar kami demikian. Mereka ber-7 sampai 8 orang tapi cukup menyewa satu kamar jadi lebih hemat :D.

Untuk mengobati kekecewaan kami pada kamar hotel,  sore itu juga kami segera meluncur ke PPS untuk berburu Sunset. Jarak Hotel kami dengan PPS sekitar 400 meter, tiket masuk PPS adalah Rp 10.000 per orang dan tarif parkir Rp 5.000.  Kesan pertama kami masuk PPS adalah seperti tempat wisata pantai pada umumnya, ramai, banyak penjual souvenir, dan warung. Kondisi PPS menurut kami biasa saja, pasirnya ternyata tidak putih seperti namanya. Setidaknya sore itu kami mendapat beberapa foto sunset, meski kondisi agak mendung dan matahari sedikit tertutup awan.
Pantai Pasir Putih Situbondo




Esok paginya sekitar pukul 8;30 setelah sarapan kami melanjutkan perjalanan menuju TNB. Jarak PPS ke pintu gerbang TNB (Pintu Batangan) sekitar 100 km atau sekitar 1,5 sampai 2 jam perjalanan. Sekitar jam 10.00 WIB sesampai di pintu gerbang Batangan,kami disambut oleh petugas pos yang cukup ramah dan informatif. Darinya kami memperoleh peta TNB dan informasi tambahan mengenai TNB.  Tarif masuk TNB adalah Rp.7.500 per orang dan Rp 15.000 untuk karcis kendaraan roda empat.
Pintu Masuk TNB Pos Batangan

Dari pos Batangan tujuan pertama adalah Savana Bekol  dengan jarak 12 km namun dengan kondisi jalan yang benar-benar rusak, tidak disarankan menggunakan kendaraan jenis sedan, jarak 12 km dari Pos Batangan ke bekol kami tempuh selama sekitar 30 menit karena kendaraan hanya dapat berjalan dengan kecepatan 5-10 km/jam mengingat kondisi jalan yang ada.

Sesampai di savana Bekol pemandangan memang indah, perpaduan antara savana yang luas dengan latar belakang gunung Baluran. Karena masih sering hujan, rumput di savana bekol masih belum menguning seperti di padang afrika, namun kami cukup beruntung karena hari itu tidak turun hujan dan cuaca amat cerah, langit pun  berwarna biru, tanpa berlama-lama kami pun segera mengambil foto sepuasnya.




Landscape di savana Bekol yang mengingatkan gambar pemandangan jaman SD, gunung, padang rumput, jalan, pohon dan langit yang biru..J




Pemandangan savana Bekol
Berdasar informasi dari petugas  di Pos Bekol binatang-binatang penghuni TNB seperti burung merak (Pavo muticus), rusa(Cervus timorensis), kerbau liar (Bubalus Bubalis) bahkan banteng (Bos javanicus)yang menjadi maskot TNB akan banyak terlihat di pagi hari untuk mencari makan.  Karena waktu itu kami sampai di savana bekol sekitar pukul 11;00 WIB maka yang banyak terlihat hanya monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dan beberapa ekor rusa.



Di Pos Bekol telah tersedia lahan parkir yang cukup luas, toilet, mushola, menara pandang dan penginapan dan ternyata masih terdapat sinyal telepon. Kami memang telah memutuskan untuk menginap di TNB namun sebelum memutuskan menginap di mana (di pos Bekol atau di pantai bama) kami memutuskan untuk melihat dulu kondisi di pantai Bama, oleh karena itu setelah cukup mengambil foto dan beristirahat, kami segera menuju ke pantai Bama.

Jarak Pos Bekol ke Pantai Bama hanya sekitar 3 km, namun lagi-lagi kondisi jalan amat rusak, sekitar 1 km pertama dari pos bekol jalan masih relatif rata karena masih di area savana, namun 2 km menuju ke pantai bama kondisi jalan memang cukup parah.

Fasilitas di pantai Bama ternyata cukup memadai, disamping pos petugas, di sana terdapat lahan parkir yang luas, mushola, toilet, warung dan penginapan, kondisi penginapan di Pantai Bama menurut kami lebih menarik. Terdapat beberapa pilihan dari yang enam tempat tidur @ Rp 150.000 dengan satu kamar mandi, empat kamar @Rp.200.000 dengan satu kamar mandi, satu rumah dengan 2 kamar @ Rp250.000 dengan satu kamar mandi, dan satu rumah dengan satu kamar namun cukup untuk empat orang dengan tarif Rp 300.000. Setelah melihat kondisi di pantai Bama dan penginapannya meski tidak terdapat sinyal telepon, kami putuskan untuk menginap dipantai Bama.
Pos Pantai Bama


Sesuai Janjinya Pantai Bama memang mempunyai pemandangan pantai yang masih alami dan indah. Pantainya masih relatif sepi, pasirnya putih dengan ombak yang tenang, di ujung kiri dan kanan pantai terdapat hutan bakau yang menjadi habitat berbagai ikan dan monyet ekor panjang. Air di sepanjang pantainya masih jernih, dan dangkal. Jika sore hari dan air laut telah surut, banyak moyet yang turun ke laut yang dangkal untuk mencari makan dari ikan atau binatang laut lainnya.



Pantai Bama

Malam di pantai bama juga tak kalah indah. Beruntung hari itu cuaca cerah dan langit tak berawan sehingga dapatterlihat gugusan bintang di langit. Terbawa suasana segera saja saya nongkrong di tepi pantai, diiringi deburan ombak, sepinya malam, secangkir kopi dan istri tercinta J.

Sesuai pesan dari petugas di Pantai Bama, satu hal yang juga diperhatikan bagi menginap di sana agar selalu menutup pintu dan jendela kamar untuk mencegah binatang-binatang (terutama monyet) masuk ke  

Esok paginya Pantai Bama masih menyisakan satu atraksi lainnya. Bagi pecinta fotografi Pantai Bama juga  menyajikan pemandangan sunrise yang tak kalah indahnya.




Sunrise pantai Bama




Tak ada pesta yang tak berakhir, setelah sarapan sekitar jam 09;00 kami pun segera chek out dan meningalkan patai Bama. Ketika melewati savana Bekol kami sempatkan untuk mengambil lagi beberapa foto di savana Bekol dan menaiki menara pengamatan yang terlewatkan ketika kita kemarin mampir di Bekol.

Pemandangan dari atas menara pengamat Bekol



Setelah sekitar 11 jam berkendara kamipun sampai kembali di kota kami, Kediri. Semoga catatan perjalanan kami ke Taman Nasional Baluran ini dapat bermanfaat dan memberikan informasi pada pembaca yang berencana mengunjungi Taman Nasional Baluran.

Salam

Monday, 5 May 2014

Bismillah..

Sejak kamis telah ada desas desus bahwa semarang terjadir banjir hujan deras dan Rob(banjir laut), mendapat info dari @KAI121 kereta jalur utara pun pada telat. Telat diatas rata2 yg gak karuan. Dan pada hari jumat pun datang ketika itu tanggal 24 Januari 2014, akupun sudah siap pulang dengan tiket Matarmaja tambahan berangkat dari Pasar senen pukul 17.12 yg tertetara di tiket.

Jumat sore itu aku pun pulang kantor tepat pukul 17.00 dengan naik ojek menuju stasiun pasar senen, krn kereta akan berangkat pukul 17.12, aku pukul 17.06 sdh sampailah di stasiun pasar senen. alhasil ada informasi kereta matarmaja tambahan masih di Semarang, “wuadduuhhhhh” mbambongg wessss. Dan akupun duduk manis bersama kedua orang temen yg senasib menuju Blitar dan Tulungagung inisial SB dan SH. Kemudian ada pengumuman sekitar 17.30 yg akan tersedia di jalur 1 adalah kereta api matarmaja reguler, yg padahal jadwal aslinya adalah berangkat 13.40. dan matarmaja reguler baru berangkat pukul 18.00. hmm gimana nasib saiyaaa :(

Alhamdulillah akhirnya ada kabar bagus, bahwa matarmaja tambahan akan masuk dijalur 1 tujuan akhir malang, dan ternyata dengan rangkaian kereta pengganti, dan feelingku benar, Kode gerbong pada keretanya adalah SMC yg tak lain adalah milik kereta Tawang Jaya (Pasar Senen – Semarang Poncol PP). Terparkir di jalur 1 deh, kami bertiga pun beranjak naik, waktu itu saya di gerbong 5 dan 2 temen saya di gerbong belakang. Tak lama parkir kereta pun berangkat sekitar pukul 18.20. perjalanan pun lancar, dan sampai dicirebon bertemu dengan kereta matarmaja tambahan yg sebenarnya kereta itu adalah akan saya tumpangi,  matarmaja tambahan malang – pasar senen jadwal sampai di pasar senen pukul 12.00 tp blm nyampe jakarta, dan msh dicirebon pukul 21.00an, tinggal nambah 3 jam lg menuju jakarta. Wew :D

Three mas Kenthir, Korban banjir semarang
“Three mas Kenthir” Korban banjir semarang
Berhenti lama cirebon isi BBM dl, kemudian di cirebon prujakan jg begitu berhenti lamaa… dan aku pun tertidur dan bangun2 sampai di pekalongan sekitar pukul 01.00 dinihari, fuh. Disusul sembrani, disusul argo anggrek hmmm manteb dahhh. Nah setelah pekalongan kereta banyak berhenti karena stasiun depan hingga semarang terjadi penumpukan banyak kereta :(, dan di ujung negoro berjejer berdampingan dengan matarmaja reguler sama2 ke malangnya, yg tadi berangkat dr senen cm selang 30 menitan saja. dan akupun bertemu mas SH yg bilang kalo mas SB bersama dia di satu gerbong, yg ternyata sebenarnya tiket dia di gerbong 8, kenyataannya gerbong hanya sampai 7 saja. wah wah parah parah :D . luntang lantung gabung di gerbong 6 deh katanya :D .

Matarmaja Tambahan berjejer dengan KA Harina
Matarmaja Tambahan berjejer dengan KA Harina
Di setiap stasiun berhenti sekitar sejam dan bahkan hingga 2 jam. Alhasil di waleri jg bejejer lagi dengan matarmaja reguler yaitu sekitar pukul 5.00 pagi, matarmaja reguler berangkat duluan dan kereta saya masih tetap parkir. lalu masuk kereta dari barat yaitu dengan KA Harina (Bandung – Sby Pasar turi PP). Karena harina kereta eksekutif dan bisnis maka Harina berangkat duluan lalu matarmaja tambahan masih parkir lg dan masuk lagi kereta dari jakarta berjejer dengan Senja semarang yg padahal berangkat dari pasar senen pukul 23.00 terkena telat jg. Parkir lama hingga sekitar pukul 08.00 pagi, akhirnya kereta saya berangkat duluan drpd senja semarang menuju ke stasiun kalibodri dan parkir lama lagi, dan berangkat lagi sekitar pukul 09.30. Masuk deh stasiun kaliwungu dan ketemu lagi deh sm KA Harina. Terlihat dalam jam hape saya sudah menunjukkan pukul 10.00an, sampai berapa lama kereta ini terlambat dan sampai jam berapa finish di stasiun akhir. Semeleh deh..


Mencoba Alternatif Lain, Semarang – Solo


Matahari pun sudah mulai terik, ketika waktu sdh menunjukkan sekitar pukul 10.30an dan sudah masuk tanggal 25 Januari 2014. Kegalauan menjadi-jadi ketika kita tanya langsung ke Kepala Stasiun Kaliwungu dan tidak bs memberi jawaban yg memuaskan. “kenapa harus ada susul-susulan kereta kalu sudah terlambat parah begini?”. Sebagian penumpang yg tujuan akhir semarang pun putus asa, dan memilih berpindah dengan naik bis, padahal hanya krg dari beberapa km saja tapi tak tau kapan sampainya. Hmmm Kami ber3 pun ikut2an galau, dan akhirnya ketambahan ibuk dan bapak tujuan madiun, akhirnya ber5 memutuskan untuk sambung menyambung naik bus menuju Solo.

Keputusan bulat yg terlambat sebenarnya, tp apalah daya lebih ada kepastian daripada menunggu kereta yg tak kunjung bergerak kedepan :( . Kami ber5 turun dr stasiun Kaliwungu dan jalan kaki dekat tuk nyari angkutan bis menuju terminal mangkang, dan dapatlah bus kecil. Sesampai di terminal mangkang dikasi tahu kenek bus bahwa ada parkir bus patas jurusan solo, Alhamdulillah akhirny kami ber5 naik tuh bus, namanya saya lupa, kalau gak salah “ISMO”. Tarif semarang-solo adalah 25rb. Berangkat sekitar 11.30 dari mangkang, berharap kami bs lebih cepat drpd menunggu kereta tadi yg blm jelas berangkatnya.

Perjalanan Bus agak kurang greget, patas tetapi menaikkan penumpang dimanapun, jadi terasa bkn bus patas lagi :( . Yasudahlah, ini perjalananku tak usah menggerutu, dan jalani dengan senyum dan keikhlasan. Dan sekitar jam 14.15 lebih, bus mulai masuk Solo, dan mendapat kabar dr whatsapp temen bahwa matarmaja reguler sdh lepas gundih dan menuju solo, wah gpp lah Ini merupakan keputusan telat pindah alternatif lain. Kami ber3 memutuskan untuk ke stasiun solojebress, dan bapak ibuk tujuan madiun memtuskan lanjut bus dan berharap kami ber3 bs naik matarmaja reguler di jebres, kemudian Naik taksi omprengan menuju stasiun jebress, dan sesampai jebress matarmaja sdh berangkat lagi menuju madiun, gak ketulungan deh :( .

Kena narsis poto mas SB
Kena narsis poto mas SB, di depan Stasiun SoloJebres
Krn ada info dr stasiun akan masuk jalur 1 KA Pasundan, maka kami ber3 beli lagi deh tiket dengan harga 55rb menuju nganjuk, yg rencana sambung bus menuju Tulungagung dan Blitar dengan Kawan Kita. KA Pasundan pun msk jebres dan berangkat lg sekitar pukul 15.25, kami berharap kalau memang rezeqi ya matarmaja reguler menunggu kita ber3 di madiun :) .aamiin
Ada kabar tak terduga ketika perjalanan dengan KA Pasundan Solo-Nganjuk.
saya mendapat kabar dari keluarga bahwa istri saya sudah lahiran dengan normal sekitar pukul 16.10, Alhamdulillah ya Alloh.. begitu perjuangan saya menuju rumah Blitar ini. Dan tak cukup waktu untuk bisa mendampingi istri dalam proses lahiran, padahal kabar pas lagi di stasiun Kaliwungu masih buka-an 3. #Subhanalloh. padahal perkiraanku msh nanti malam dan aku msh sempat menemani

tak lepas dari itu akupun sedikit meneteskan air mata,sedih tak bs menemani dan terharu istriku berjuang melahirkan normal #Subhanalloh. Dan perjalanannya saya sudah hampir 24 menuju pukul 17.00 :)

Madiun ketemu, Kertosono mak jebus nang Mburiku


Telah lebih dari satu jam kami ber3 diatas kereta Pasundan, dan akhirnya akan masuk stasiun madiun. Mendapat kabar dari temen ponorogo yg turun madiun, bahwa matarmaja reguler sedang terjadi kerusakan lokomotif sehingga perlu penggantian lokomotif. Dan benar ternyata informasinya setelah pasundan masuk jalur 1 Stasiun madiun, berjejer lah dengan matarmaja reguler di jalur 2. Hmmm zonk deh :D

Dan kami ber3 pun memutuskan untuk pindah ke KA matarmaja reguler, kemudian KA pasundan berangkat duluan, setelah 5 menitan diberangkatkanlah matarmaja reguler dari jalur 2 stasiun madiun. Dan kita mendapatkan snack keterlambatan yg ke2 kalinya. Yg pertama ketika berada di lintas pekalongan-semarang di matarmaja tambahan.

Bercanda kesana kemari, kenapa kok gak melompat aja sejak bejejer di ujungnegoro ataupun di waleri semalam. Haha, yaaa perjalanan ini siapa yg tau. Dan dari awal kita ingin konsisten, kalo naik matarmaja tambahan ya naik matarmaja tambahan sampai tujuan. Karena faktor kesabaran kami ber3 sudah di ubun2, yaaa akhirnya kita naik deh matarmaja reguler di madiun. Setidaknya sdh hampir dekat dengan rumah :)

Jug jig jag jig jug kita masih dikereta 24 jam :D (“jadi nyanyian konyol deh,haha”) , matahari pun mulai tenggelam lagi. Sampai di caruban bertemu dengan KA malabar tujuan bandung, dan kemudian berhenti normal di Nganjuk sekitar pukul 18.00 pas azan magrib wilayah nganjuk dan sekitarnya, Disini menunggu di susul oleh KA Argo Wilis (“maklumlah kereta ekonomi, tambah ngaret”).

Kereta pun berangkat lagi, dan berhenti lagi deh di stasiun kertosono yg masuk di jalur 4. Padahal perjalanan normal seharusnya langsung di stasiun kertosono, akhirnya terjawab “ternyata akan isi BBM” untuk genset. Takutnya kehabisan solar mati deh semua lampu dan AC nya. :D , ketika di kertosono masuk di jalur 1 KA mutiara selatan tujuan bandung, Gajayan tujuan Gambir (“dalam hatiku, gajayana aja sdh sampe malang dan istirahat lama dan kembali lg ke jakarta, nah ini kereta saya sampe malang aja blm” :D ), setelah isi BBM beres kereta matarmaja reguler pun siap berangkat lg.

Akan tetapi apa yg terjadi, ada informasi bahwa matarmaja tambahan masuk di jalur 3. What……., hahaha, kita ber3 ketawa. (“Direwangi numpak bis, numpak taksi, nyambung pasundan lhaa kok mak jebus ketemu karo kowe maneh tooo matarmaja tambahan..”) haha. Ya nasib sdh, inilah pengalaman yg konyol. Akan tetapi akhirnya kami ber3 tetap di matarmaja reguler krn berangkat duluan dari stasiun kertosono, dan si matarmaja tambahan mungkin gantian ngisi BBM dl.

Dan sampailah di tujuan akhir saya yaitu stasiun Kota Blitar, sekitar pukul 21.00 dibarengi hujan yg sangat deras. Akupun turun bergegas dari stasiun blitar menerjang hujan dengan ojek menuju RS Mardi Waluyo, untuk ketemu keluargaku. dapat dipastikan perjalananku Jakata-Blitar adalah sekitar 28 Jam. hhmm mak nyuss tenan too. Rasa capek hilang dengan bertemu sang buah hati yg baru lahir tadi jam 16.10 an, tertanggal 25 Januari 2014. Subahnalloh wal hamdulillah

Smg menjadi Anak yg Sholeh. aamiin
Smg menjadi Anak yg Sholeh. aamiin
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Kadang suatu keputusan dalam hidup tidaklah sia-sia, semua ada nilai dan hikmah. Tak perlu menyesali tetapi ambil hikmah dari sebalik semuanya itu. Alloh maha tahu, yang diberikan kepada hambanya adalah yang terbaik.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------

Ditulis di Jakarta, 03 Maret 2014
DNF

Turut didukung oleh :