TRIP TO BALURAN NATIONAL PARK
Minggu terakhir bulan Mei 2014 adalah minggu yang
dinanti bagi LDR ers seperti saya. Bagaimana tidak, di minggu tersebut terdapat
2 hari libur, sehingga kalau kita cuti 3 hari saja bisa mendapatkan libur satu
minggu penuh (9 hari libur), mantab kan?. Libur 9 hari, terus kemana?, kalau
cuman di rumah, nggak asyik dong. Setelah browsing tempat-tempat wisata yang
menarik, akhirnya kita putuskan untuk berkunjung ke Taman Nasional Baluran.
Dalam
situsnya Taman Nasional Baluran (TNB) menyatakan dirinya sebagai areal konservasi
yang menampilkan keindahan dan keeksotisan dari alam. Terletak di Banyuputih,
Situbondo Jawa Timur dengan total area sekitar 25.000 hektar yang 40% dari nya
(10.000 hektar) berupa ekosistem savana alam dan merupakan yang terbesar di
pulau Jawa.
Kami
memilih TNB dengan beberapa pertimbangan, pertama karena kami memang belum
pernah kesana, kedua karena berdasar hasil browsing tempatnya cukup eksotis
terutama padang savana Bekol (menurut beberapa komentar di internet jika bulan
kemarau pemandangannya mirip dengan padang savana afrika) dan Pantai Bama yang
masih alami, ketiga karena disana telah terdapat beberapa fasilitas yang
menurut kami cukup memadai.
Dari
hasil browsing juga, kami memperoleh informasi bahwa TNB merupakan daerah yang
benar-benar masih alami dan jauh dari pemukiman penduduk maupun fasilitas
perkotaan pada umumnya, bahkan listrik pun masih mengandalkan dari mesin diesel
dan tidak terdapat sinyal telepon. Oleh karena itu kami merencanakan perjalanan
kesana dengan membawa perbekalan yang cukup, makanan, air, kompor, obat-obatan,
informasi jalur dan peta, serta baterai HP dan kamera yang diusahakan selalu
full. Setelah persiapan dirasa cukup kami berangkat dari kota kami, Kediri pada
Senin pagi sekitar jam 9;30WIB menuju etape pertama yaitu pantai Pasir Putih
Situbondo (PPS).
Mengapa
ke PPS?, berdasar informasi dari situs jarak tempuh antar kota diperkirakan
waktu tempuh dari Kota Kediri ke TNB adalah sekitar 9 sampai 10 jam berkendara.
Atas pertimbangan waktu tempuh dan agar tidak kemalaman sampai di TNB itulah
kami memutuskan untuk menempuh etape pertama yaitu Pasir Putih Situbondo dan
menginap disana, agar esok paginya kita
bisa melanjutkan perjalanan ke TNB. Perjalanan Kediri sampai dengan Situbondo relatif
lancar, di tengah perjalanan sebelum PLTU Paiton, kami beristirahat untuk
Ishoma di Pom Bensin Utama Raya. Sebuah Pom Bensin dengan konsep terpadu yang
cukup menarik, selain terdapat pom bensin dengan tempat parkir yang cukup luas
tentunya, disana terdapat mushola, restoran, gazebo tempat istirahat,
minimarket, bahkan hotel yang cukup bersih.
Sekitar
pukul 3.30 WIB kami sampai di tempat wisata PPS. Lagi-lagi berdasar hasil
browsing sebelumnya, kami telah memutuskan untuk bermalam di hotel Sidomuncul
2, karena di situsnya memajang foto-foto hotel resort di pinggir pantai PPS
yang cukup menarik dengan fasilitas yang sepadan dengan rate nya yang Rp400.000
semalam, bahkan terdapat kolam renang dan tempat bermain anak-anak.
Namun
sesampai disana kami menjadi kecewa karena meskipun terdapat AC, bathup dengan
air panas, namun TV nya masih TV tabung dan tanpa remote control dan kamarnya
meski luas (cenderung terlalu luas) terkesan kurang terawat dan kusam, sarapan
pagi hanya tersedia nasi goreng dan teh hangat yang diantar pada masing-masing
kamar. Kolam renang dan tempat bermain anak-anak yang dijanjikan, ternyata
sekarang telah dipagari dengan pagar bambu. Jadi pengunjung hotel tidak bisa
lagi memanfaatkan fasilitas tersebut.
Menurut kami hotel tersebut cocok bagi keluarga besar yang ingin
menginap di PPS tapi dengan tidak perlu menyewa banyak kamar, cukup satu kamar,
karena tetangga sebelah kamar kami demikian. Mereka ber-7 sampai 8 orang tapi
cukup menyewa satu kamar jadi lebih hemat :D.
Untuk
mengobati kekecewaan kami pada kamar hotel, sore itu juga kami segera meluncur ke PPS untuk berburu
Sunset. Jarak Hotel kami dengan PPS sekitar 400 meter, tiket masuk PPS adalah
Rp 10.000 per orang dan tarif parkir Rp 5.000.
Kesan pertama kami masuk PPS adalah seperti tempat wisata pantai pada
umumnya, ramai, banyak penjual souvenir, dan warung. Kondisi PPS menurut kami
biasa saja, pasirnya ternyata tidak putih seperti namanya. Setidaknya sore itu
kami mendapat beberapa foto sunset, meski kondisi agak mendung dan matahari
sedikit tertutup awan.
Esok
paginya sekitar pukul 8;30 setelah sarapan kami melanjutkan perjalanan menuju
TNB. Jarak PPS ke pintu gerbang TNB (Pintu Batangan) sekitar 100 km atau
sekitar 1,5 sampai 2 jam perjalanan. Sekitar jam 10.00 WIB sesampai di pintu
gerbang Batangan,kami disambut oleh petugas pos yang cukup ramah dan
informatif. Darinya kami memperoleh peta TNB dan informasi tambahan mengenai TNB. Tarif masuk TNB adalah Rp.7.500 per orang dan
Rp 15.000 untuk karcis kendaraan roda empat.
Pintu
Masuk TNB Pos Batangan
Dari
pos Batangan tujuan pertama adalah Savana Bekol
dengan jarak 12 km namun dengan kondisi jalan yang benar-benar rusak,
tidak disarankan menggunakan kendaraan jenis sedan, jarak 12 km dari Pos
Batangan ke bekol kami tempuh selama sekitar 30 menit karena kendaraan hanya
dapat berjalan dengan kecepatan 5-10 km/jam mengingat kondisi jalan yang ada.
Sesampai
di savana Bekol pemandangan memang indah, perpaduan antara savana yang luas
dengan latar belakang gunung Baluran. Karena masih sering hujan, rumput di savana
bekol masih belum menguning seperti di padang afrika, namun kami cukup
beruntung karena hari itu tidak turun hujan dan cuaca amat cerah, langit
pun berwarna biru, tanpa berlama-lama
kami pun segera mengambil foto sepuasnya.
Landscape
di savana Bekol yang mengingatkan gambar pemandangan jaman SD, gunung, padang
rumput, jalan, pohon dan langit yang biru..J
Berdasar
informasi dari petugas di Pos Bekol
binatang-binatang penghuni TNB seperti burung merak (Pavo muticus), rusa(Cervus
timorensis), kerbau liar (Bubalus Bubalis) bahkan banteng (Bos javanicus)yang
menjadi maskot TNB akan banyak terlihat di pagi hari untuk mencari makan. Karena waktu itu kami sampai di savana bekol
sekitar pukul 11;00 WIB maka yang banyak terlihat hanya monyet ekor panjang
(Macaca fascicularis) dan beberapa ekor rusa.
Di
Pos Bekol telah tersedia lahan parkir yang cukup luas, toilet, mushola, menara
pandang dan penginapan dan ternyata masih terdapat sinyal telepon. Kami memang
telah memutuskan untuk menginap di TNB namun sebelum memutuskan menginap di
mana (di pos Bekol atau di pantai bama) kami memutuskan untuk melihat dulu
kondisi di pantai Bama, oleh karena itu setelah cukup mengambil foto dan
beristirahat, kami segera menuju ke pantai Bama.
Jarak
Pos Bekol ke Pantai Bama hanya sekitar 3 km, namun lagi-lagi kondisi jalan amat
rusak, sekitar 1 km pertama dari pos bekol jalan masih relatif rata karena
masih di area savana, namun 2 km menuju ke pantai bama kondisi jalan memang
cukup parah.
Fasilitas
di pantai Bama ternyata cukup memadai, disamping pos petugas, di sana terdapat
lahan parkir yang luas, mushola, toilet, warung dan penginapan, kondisi
penginapan di Pantai Bama menurut kami lebih menarik. Terdapat beberapa pilihan
dari yang enam tempat tidur @ Rp 150.000 dengan satu kamar mandi, empat kamar
@Rp.200.000 dengan satu kamar mandi, satu rumah dengan 2 kamar @ Rp250.000 dengan
satu kamar mandi, dan satu rumah dengan satu kamar namun cukup untuk empat
orang dengan tarif Rp 300.000. Setelah melihat kondisi di pantai Bama dan
penginapannya meski tidak terdapat sinyal telepon, kami putuskan untuk menginap
dipantai Bama.
Pantai Bama
Malam
di pantai bama juga tak kalah indah. Beruntung hari itu cuaca cerah dan langit
tak berawan sehingga dapatterlihat gugusan bintang di langit. Terbawa suasana
segera saja saya nongkrong di tepi pantai, diiringi deburan ombak, sepinya
malam, secangkir kopi dan istri tercinta J.
Sesuai pesan dari petugas di Pantai Bama, satu hal yang juga diperhatikan bagi menginap di sana agar selalu menutup pintu dan jendela kamar untuk mencegah binatang-binatang (terutama monyet) masuk ke
Esok
paginya Pantai Bama masih menyisakan satu atraksi lainnya. Bagi pecinta fotografi
Pantai Bama juga menyajikan pemandangan
sunrise yang tak kalah indahnya.
Sunrise
pantai Bama
Tak
ada pesta yang tak berakhir, setelah sarapan sekitar jam 09;00 kami pun segera
chek out dan meningalkan patai Bama. Ketika melewati savana Bekol kami
sempatkan untuk mengambil lagi beberapa foto di savana Bekol dan menaiki menara
pengamatan yang terlewatkan ketika kita kemarin mampir di Bekol.
Setelah sekitar 11 jam berkendara
kamipun sampai kembali di kota kami, Kediri. Semoga catatan perjalanan kami ke
Taman Nasional Baluran ini dapat bermanfaat dan memberikan informasi pada
pembaca yang berencana mengunjungi Taman Nasional Baluran.
Salam
0 comments:
Post a Comment