Tweets Seputar Kereta

Masukkan email:

Tuesday, 3 June 2014


TRIP TO BALURAN NATIONAL PARK



Minggu  terakhir bulan Mei 2014 adalah minggu yang dinanti bagi LDR ers seperti saya. Bagaimana tidak, di minggu tersebut terdapat 2 hari libur, sehingga kalau kita cuti 3 hari saja bisa mendapatkan libur satu minggu penuh (9 hari libur), mantab kan?. Libur 9 hari, terus kemana?, kalau cuman di rumah, nggak asyik dong. Setelah browsing tempat-tempat wisata yang menarik, akhirnya kita putuskan untuk berkunjung ke Taman Nasional Baluran.


Dalam situsnya Taman Nasional Baluran (TNB) menyatakan dirinya sebagai areal konservasi yang menampilkan keindahan dan keeksotisan dari alam. Terletak di Banyuputih, Situbondo Jawa Timur dengan total area sekitar 25.000 hektar yang 40% dari nya (10.000 hektar) berupa ekosistem savana alam dan merupakan yang terbesar di pulau Jawa.

Kami memilih TNB dengan beberapa pertimbangan, pertama karena kami memang belum pernah kesana, kedua karena berdasar hasil browsing tempatnya cukup eksotis terutama padang savana Bekol (menurut beberapa komentar di internet jika bulan kemarau pemandangannya mirip dengan padang savana afrika) dan Pantai Bama yang masih alami, ketiga karena disana telah terdapat beberapa fasilitas yang menurut kami cukup memadai.

Dari hasil browsing juga, kami memperoleh informasi bahwa TNB merupakan daerah yang benar-benar masih alami dan jauh dari pemukiman penduduk maupun fasilitas perkotaan pada umumnya, bahkan listrik pun masih mengandalkan dari mesin diesel dan tidak terdapat sinyal telepon. Oleh karena itu kami merencanakan perjalanan kesana dengan membawa perbekalan yang cukup, makanan, air, kompor, obat-obatan, informasi jalur dan peta, serta baterai HP dan kamera yang diusahakan selalu full. Setelah persiapan dirasa cukup kami berangkat dari kota kami, Kediri pada Senin pagi sekitar jam 9;30WIB menuju etape pertama yaitu pantai Pasir Putih Situbondo (PPS).

Mengapa ke PPS?, berdasar informasi dari situs jarak tempuh antar kota diperkirakan waktu tempuh dari Kota Kediri ke TNB adalah sekitar 9 sampai 10 jam berkendara. Atas pertimbangan waktu tempuh dan agar tidak kemalaman sampai di TNB itulah kami memutuskan untuk menempuh etape pertama yaitu Pasir Putih Situbondo dan menginap disana, agar  esok paginya kita bisa melanjutkan perjalanan ke TNB. Perjalanan Kediri sampai dengan Situbondo relatif lancar, di tengah perjalanan sebelum PLTU Paiton, kami beristirahat untuk Ishoma di Pom Bensin Utama Raya. Sebuah Pom Bensin dengan konsep terpadu yang cukup menarik, selain terdapat pom bensin dengan tempat parkir yang cukup luas tentunya, disana terdapat mushola, restoran, gazebo tempat istirahat, minimarket, bahkan hotel yang cukup bersih.

Sekitar pukul 3.30 WIB kami sampai di tempat wisata PPS. Lagi-lagi berdasar hasil browsing sebelumnya, kami telah memutuskan untuk bermalam di hotel Sidomuncul 2, karena di situsnya memajang foto-foto hotel resort di pinggir pantai PPS yang cukup menarik dengan fasilitas yang sepadan dengan rate nya yang Rp400.000 semalam, bahkan terdapat kolam renang dan tempat bermain anak-anak.

Namun sesampai disana kami menjadi kecewa karena meskipun terdapat AC, bathup dengan air panas, namun TV nya masih TV tabung dan tanpa remote control dan kamarnya meski luas (cenderung terlalu luas) terkesan kurang terawat dan kusam, sarapan pagi hanya tersedia nasi goreng dan teh hangat yang diantar pada masing-masing kamar. Kolam renang dan tempat bermain anak-anak yang dijanjikan, ternyata sekarang telah dipagari dengan pagar bambu. Jadi pengunjung hotel tidak bisa lagi memanfaatkan fasilitas tersebut.  Menurut kami hotel tersebut cocok bagi keluarga besar yang ingin menginap di PPS tapi dengan tidak perlu menyewa banyak kamar, cukup satu kamar, karena tetangga sebelah kamar kami demikian. Mereka ber-7 sampai 8 orang tapi cukup menyewa satu kamar jadi lebih hemat :D.

Untuk mengobati kekecewaan kami pada kamar hotel,  sore itu juga kami segera meluncur ke PPS untuk berburu Sunset. Jarak Hotel kami dengan PPS sekitar 400 meter, tiket masuk PPS adalah Rp 10.000 per orang dan tarif parkir Rp 5.000.  Kesan pertama kami masuk PPS adalah seperti tempat wisata pantai pada umumnya, ramai, banyak penjual souvenir, dan warung. Kondisi PPS menurut kami biasa saja, pasirnya ternyata tidak putih seperti namanya. Setidaknya sore itu kami mendapat beberapa foto sunset, meski kondisi agak mendung dan matahari sedikit tertutup awan.
Pantai Pasir Putih Situbondo




Esok paginya sekitar pukul 8;30 setelah sarapan kami melanjutkan perjalanan menuju TNB. Jarak PPS ke pintu gerbang TNB (Pintu Batangan) sekitar 100 km atau sekitar 1,5 sampai 2 jam perjalanan. Sekitar jam 10.00 WIB sesampai di pintu gerbang Batangan,kami disambut oleh petugas pos yang cukup ramah dan informatif. Darinya kami memperoleh peta TNB dan informasi tambahan mengenai TNB.  Tarif masuk TNB adalah Rp.7.500 per orang dan Rp 15.000 untuk karcis kendaraan roda empat.
Pintu Masuk TNB Pos Batangan

Dari pos Batangan tujuan pertama adalah Savana Bekol  dengan jarak 12 km namun dengan kondisi jalan yang benar-benar rusak, tidak disarankan menggunakan kendaraan jenis sedan, jarak 12 km dari Pos Batangan ke bekol kami tempuh selama sekitar 30 menit karena kendaraan hanya dapat berjalan dengan kecepatan 5-10 km/jam mengingat kondisi jalan yang ada.

Sesampai di savana Bekol pemandangan memang indah, perpaduan antara savana yang luas dengan latar belakang gunung Baluran. Karena masih sering hujan, rumput di savana bekol masih belum menguning seperti di padang afrika, namun kami cukup beruntung karena hari itu tidak turun hujan dan cuaca amat cerah, langit pun  berwarna biru, tanpa berlama-lama kami pun segera mengambil foto sepuasnya.




Landscape di savana Bekol yang mengingatkan gambar pemandangan jaman SD, gunung, padang rumput, jalan, pohon dan langit yang biru..J




Pemandangan savana Bekol
Berdasar informasi dari petugas  di Pos Bekol binatang-binatang penghuni TNB seperti burung merak (Pavo muticus), rusa(Cervus timorensis), kerbau liar (Bubalus Bubalis) bahkan banteng (Bos javanicus)yang menjadi maskot TNB akan banyak terlihat di pagi hari untuk mencari makan.  Karena waktu itu kami sampai di savana bekol sekitar pukul 11;00 WIB maka yang banyak terlihat hanya monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dan beberapa ekor rusa.



Di Pos Bekol telah tersedia lahan parkir yang cukup luas, toilet, mushola, menara pandang dan penginapan dan ternyata masih terdapat sinyal telepon. Kami memang telah memutuskan untuk menginap di TNB namun sebelum memutuskan menginap di mana (di pos Bekol atau di pantai bama) kami memutuskan untuk melihat dulu kondisi di pantai Bama, oleh karena itu setelah cukup mengambil foto dan beristirahat, kami segera menuju ke pantai Bama.

Jarak Pos Bekol ke Pantai Bama hanya sekitar 3 km, namun lagi-lagi kondisi jalan amat rusak, sekitar 1 km pertama dari pos bekol jalan masih relatif rata karena masih di area savana, namun 2 km menuju ke pantai bama kondisi jalan memang cukup parah.

Fasilitas di pantai Bama ternyata cukup memadai, disamping pos petugas, di sana terdapat lahan parkir yang luas, mushola, toilet, warung dan penginapan, kondisi penginapan di Pantai Bama menurut kami lebih menarik. Terdapat beberapa pilihan dari yang enam tempat tidur @ Rp 150.000 dengan satu kamar mandi, empat kamar @Rp.200.000 dengan satu kamar mandi, satu rumah dengan 2 kamar @ Rp250.000 dengan satu kamar mandi, dan satu rumah dengan satu kamar namun cukup untuk empat orang dengan tarif Rp 300.000. Setelah melihat kondisi di pantai Bama dan penginapannya meski tidak terdapat sinyal telepon, kami putuskan untuk menginap dipantai Bama.
Pos Pantai Bama


Sesuai Janjinya Pantai Bama memang mempunyai pemandangan pantai yang masih alami dan indah. Pantainya masih relatif sepi, pasirnya putih dengan ombak yang tenang, di ujung kiri dan kanan pantai terdapat hutan bakau yang menjadi habitat berbagai ikan dan monyet ekor panjang. Air di sepanjang pantainya masih jernih, dan dangkal. Jika sore hari dan air laut telah surut, banyak moyet yang turun ke laut yang dangkal untuk mencari makan dari ikan atau binatang laut lainnya.



Pantai Bama

Malam di pantai bama juga tak kalah indah. Beruntung hari itu cuaca cerah dan langit tak berawan sehingga dapatterlihat gugusan bintang di langit. Terbawa suasana segera saja saya nongkrong di tepi pantai, diiringi deburan ombak, sepinya malam, secangkir kopi dan istri tercinta J.

Sesuai pesan dari petugas di Pantai Bama, satu hal yang juga diperhatikan bagi menginap di sana agar selalu menutup pintu dan jendela kamar untuk mencegah binatang-binatang (terutama monyet) masuk ke  

Esok paginya Pantai Bama masih menyisakan satu atraksi lainnya. Bagi pecinta fotografi Pantai Bama juga  menyajikan pemandangan sunrise yang tak kalah indahnya.




Sunrise pantai Bama




Tak ada pesta yang tak berakhir, setelah sarapan sekitar jam 09;00 kami pun segera chek out dan meningalkan patai Bama. Ketika melewati savana Bekol kami sempatkan untuk mengambil lagi beberapa foto di savana Bekol dan menaiki menara pengamatan yang terlewatkan ketika kita kemarin mampir di Bekol.

Pemandangan dari atas menara pengamat Bekol



Setelah sekitar 11 jam berkendara kamipun sampai kembali di kota kami, Kediri. Semoga catatan perjalanan kami ke Taman Nasional Baluran ini dapat bermanfaat dan memberikan informasi pada pembaca yang berencana mengunjungi Taman Nasional Baluran.

Salam

0 comments:

Turut didukung oleh :